Cintailah orang yang mencintaimu, sayangilah orang yang
menyayangimu. Jangan pernah coba sedetikpun kau sia – siakan orang tersebut.
Karena tak mudah baginya, sungguh tak mudah mencintai orang sepertimu. Dari
sekian banyak orang, kaulah yang terpilih untuk dicintainya, disayanginya.
Siapapun dan dalam kondisi apapun. Jangan pernah menggunakan waktu kita untuk
membenci orang yang membenci kita, karena hidup kita akan sia – sia, kita malah
melakukan kesalahan besar. Biarkanlah ia lewat, hadapilah yang sekarang
menyayangimu dengan tulus dan sepenuh hati, sayangilah mereka. Dan tetaplah,
kau sayang pada orang yang sangat kau sayang, meski sampai detik ini ia belum
bisa menyayangimu balik. Tetaplah menjadi pribadi yang anggun, saling kasih
mengasihi dan saling sayang menyayangi di dalam naungan Tuhan. Tetaplah
bertahan seperti ini, tetaplah menyayangi setulus dan selembut kapas. Tetaplah
menyayangi orang yang kau sayang dan yang menyayangimu. Meski pada akhirnya
(mungkin) orang yang kau sayang pergi, atau usahamu sia – sia, setidaknya kau
tetap bangga pada dirimu. Karena kau telah bertahan untuk orang yang kau sayang
sesuai pilihan hatimu. Sungguh memang berat bagi orang biasa, teruslah berjuang
dan bertahan, walaupun hingga nanti kau mati di tengah jalan atau perjuanganmu
sia – sia, kau masih memiliki kebanggaan akan keyakinan tersebut. Jadi, kau
bisa mengambil pelajaran dari tiap – tiap usahamu. Tetaplah berjuang.
Then, you show me something-that-we-hate-to-called-it-farewell.
"Aku masih merasakan udara yang sama. Masih berdiam ditempat yang sama. Tapi yang kurasakan tak lagi sama, kesunyiaan ini bernama tanpamu."
Sebenarnya, aku tidak pernah ingin semuanya berakhir. Saat semua terancang dengan hebat dan sempurna, saat perhatian-perhatian kecil itu menjelma menjadi candu rindu yang menancapkan getar-getar bahagia. Tapi, bukankah prediksi manusia selalu terbatas? Aku tidak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang mungkin memang harus terjadi. Perpisahan itu harus terjadi untuk pertemuan awal yang pasti akan memunculkan perasaan bahagia itu lagi.
Tidak dipungkiri dan aku tak harus menyangkal diri, bahwa selama rentan waktu tanpamu, aku merasa ada sesuatu yang hilang. Saat malam, kamu menjerat pikiranku untuk berfokus pada suaramu yang mengalun lembut melewati lempengan-lempengan dingin handphoneku. Dan aku rindu, rindu semua hal yang bisa kita lalui hingga terasa waktu terlalu cepat berlalu saat kita melaluinya bersama.
Dan, akhirnya perpisahan itu tiba. Sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya tapi harus selalu kita lewati tanpa kita tahu kapan itu akan terjadi. Dengan segala ketidaksiapan yang menggerogotiku, aku tetap harus melepaskanmu. Kau temukan jalanmu, aku temukan jalanku. Kita bahagia dalam jalan kita masing-masing. Kamu berpegang pada prinsipmu, aku berpegang pada perasaanku. Kita berbeda dan memang tak harus berjalan beriringan.
Semua berjalan dengan cepat. Sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lugumu, dan segala hal yang membuat otakku penuh karenamu. Dan, aku harus membuang dan menghapus itu semua dari memori otakku agar kamu tak lagi mengendap-endap masuk ke dalam hatiku, lalu membuat kenangan itu menjadi nyata dan kembali menjadi realita. Mari mengikhlaskan, setelah ini akan ada pertemuan yang lebih menggetarkan hatimu dan hatiku, akan ada seseorang yang masuk ke dalam hidupmu dan hidupku, dia akan menjadi alasan terbesar saat doa terucap lalu aku dan kamu menyisipkan namanya. Selamat menemukan jalanmu.
Percayalah, bahwa perpisahan ini untuk membaikan hidupmu dan hidupku, bahwa setelah perpisahan ini akan ada rasa bahagia bertubi-tubi yang mengecupmu dengan seringnya. Percayalah bahwa pertemuan kita tidak sia-sia. Aku banyak belajar darimu dan aku berharap kau juga mengambil pelajaran dari pertemuan singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat kamu harus kehilangan sesuatu yang terbiasa kau rasakan. Baik-baik ya.
-D.A.N-
"Aku masih merasakan udara yang sama. Masih berdiam ditempat yang sama. Tapi yang kurasakan tak lagi sama, kesunyiaan ini bernama tanpamu."
Sebenarnya, aku tidak pernah ingin semuanya berakhir. Saat semua terancang dengan hebat dan sempurna, saat perhatian-perhatian kecil itu menjelma menjadi candu rindu yang menancapkan getar-getar bahagia. Tapi, bukankah prediksi manusia selalu terbatas? Aku tidak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang mungkin memang harus terjadi. Perpisahan itu harus terjadi untuk pertemuan awal yang pasti akan memunculkan perasaan bahagia itu lagi.
Tidak dipungkiri dan aku tak harus menyangkal diri, bahwa selama rentan waktu tanpamu, aku merasa ada sesuatu yang hilang. Saat malam, kamu menjerat pikiranku untuk berfokus pada suaramu yang mengalun lembut melewati lempengan-lempengan dingin handphoneku. Dan aku rindu, rindu semua hal yang bisa kita lalui hingga terasa waktu terlalu cepat berlalu saat kita melaluinya bersama.
Dan, akhirnya perpisahan itu tiba. Sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya tapi harus selalu kita lewati tanpa kita tahu kapan itu akan terjadi. Dengan segala ketidaksiapan yang menggerogotiku, aku tetap harus melepaskanmu. Kau temukan jalanmu, aku temukan jalanku. Kita bahagia dalam jalan kita masing-masing. Kamu berpegang pada prinsipmu, aku berpegang pada perasaanku. Kita berbeda dan memang tak harus berjalan beriringan.
Semua berjalan dengan cepat. Sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lugumu, dan segala hal yang membuat otakku penuh karenamu. Dan, aku harus membuang dan menghapus itu semua dari memori otakku agar kamu tak lagi mengendap-endap masuk ke dalam hatiku, lalu membuat kenangan itu menjadi nyata dan kembali menjadi realita. Mari mengikhlaskan, setelah ini akan ada pertemuan yang lebih menggetarkan hatimu dan hatiku, akan ada seseorang yang masuk ke dalam hidupmu dan hidupku, dia akan menjadi alasan terbesar saat doa terucap lalu aku dan kamu menyisipkan namanya. Selamat menemukan jalanmu.
Percayalah, bahwa perpisahan ini untuk membaikan hidupmu dan hidupku, bahwa setelah perpisahan ini akan ada rasa bahagia bertubi-tubi yang mengecupmu dengan seringnya. Percayalah bahwa pertemuan kita tidak sia-sia. Aku banyak belajar darimu dan aku berharap kau juga mengambil pelajaran dari pertemuan singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat kamu harus kehilangan sesuatu yang terbiasa kau rasakan. Baik-baik ya.
-D.A.N-
" BAHAGIA ITU SEDERHANA"
kita tak perlu muluk - muluk agar dipandang tinggi oleh orang. Kita tak perlu menjadi orang lain, menggunakan berbagai topeng. Bahagia itu, ketika kita mencapai puncak dari mimpi kita, namun kita masih memberi kesempatan pada orang lain jika itu yang terbaik baginya. Bahagia itu, tak harus kita yang berada pada posisi tertinggi, atau bahkan jabatan tertinggi. Bahagia itu, ketika kita bisa merelakan apa yang sebenarnya bisa kita lakukan merelakan, mengikhlaskan kepada orang lain yang lebih mampu. Bahagia itu, tidak memaksa. Bahagia itu, ketika bisa melihat orang lain tersenyum, berada pada posisi yang mereka inginkan, berada pada posisi yang mereka mampu lalui, bukan hanya memandang diri saja. Bahagia itu hidup, hidup dan terus hidup dalam balutan rasa ikhlas dan penuh keikhlasan. Bahagia itu, ketika kita tak menyesali semua keputusan dan pilihan, bahkan pilihan ke 1001 sekalipun. Jika memang itu yang terbaik, maka aku ingin menjadi orang yang bahagia dalam kesederhanaan.
Purwokerto, 07-05-13
11.55 PM
kita tak perlu muluk - muluk agar dipandang tinggi oleh orang. Kita tak perlu menjadi orang lain, menggunakan berbagai topeng. Bahagia itu, ketika kita mencapai puncak dari mimpi kita, namun kita masih memberi kesempatan pada orang lain jika itu yang terbaik baginya. Bahagia itu, tak harus kita yang berada pada posisi tertinggi, atau bahkan jabatan tertinggi. Bahagia itu, ketika kita bisa merelakan apa yang sebenarnya bisa kita lakukan merelakan, mengikhlaskan kepada orang lain yang lebih mampu. Bahagia itu, tidak memaksa. Bahagia itu, ketika bisa melihat orang lain tersenyum, berada pada posisi yang mereka inginkan, berada pada posisi yang mereka mampu lalui, bukan hanya memandang diri saja. Bahagia itu hidup, hidup dan terus hidup dalam balutan rasa ikhlas dan penuh keikhlasan. Bahagia itu, ketika kita tak menyesali semua keputusan dan pilihan, bahkan pilihan ke 1001 sekalipun. Jika memang itu yang terbaik, maka aku ingin menjadi orang yang bahagia dalam kesederhanaan.
Purwokerto, 07-05-13
11.55 PM