It's all about our friendship !

by - Juni 11, 2012


Tulisan ini aku buat khusus untuk sahabatku  ( cewe ) sebut saja dia “mawar”. Dia begitu tegar dan sabar menjalani hidupnya yang begitu berat, dia tak pernah menyerah melawan penyakit yang dia derita. Hingga Tuhan memanggilnya. Aku yakin Tuhan sangat sayang padanya. Maka Dia mengambilnya kembali dariku. Begini ceritanya :
Aku dan dia, sudah seperti kakak dan adik. Sejak kecil, dari TK hingga sekarang kami bersama. Dari SD pun kami selalu duduk bersama, kami sering saling mengejek, menjambak rambut, mencontek, dimarahi guru, berangkat bersama, makan jajan bersama, sering saling bonceng sepeda, mengaji dan menghafal al-qur’an bersama, tertawa bersama dan kami begitu bahagia saat itu.  Kami pernah berenang di rumah dia yang padahal itu adalah kolam ikan yang sangat besar, aku masih mengingatnya dengan jelas ! dan ada yang mengenai kakiku , lele ! hahaha.. dia tertawa puas sekali melihatku basah dan terluka. :D. Kami belum mengerti masalah orang dewasa.  Saat SMP pun, meski kami berbeda sekolah, aku dan dia tetap bersama. Belajar , bersendau gurau, dan mulai mengenal masa remaja. Kami pernah menjadi pager ayu dalam resepsi pernikahan saudaraku. Aah.. betapa bahagianya kami. Persahabatan yang begitu indah, tanpa mengenal “aku dan kamu” tetapi kami selalu menyebutnya dengan “kita”.  Dia pasti masih ingat, saat bulan ramadhan, kami selalu bersama pergi ke masjid, terkadang buka bersama. Dan setelah itu kami menyalakan kembang api dan wow !! betapa senangnya kami waktu itu.
 Musim itu telah berlalu, dan kami memasuki masa SMA.  Aku memang tak satu sekolah dengannya, dan jarak pun memisahkan kami saat itu. Terkadang, kami hanya bisa bertemu seminggu sekali, barang 1 – 2 hari untuk bersama, seperti biasa, memandang langit , melihat bulan dan bintang.  Aku masih ingat betul, hadiah – hadiah yang ia beri padaku saat aku ulang tahun, aku masih menyimpannya. Dan kuharap, dia pun masih menyimpan hadiah dariku.
Mulai disini, semua berubah drastis. Dia sakit. Aku rasa, ini sakit biasa. Namun, ternyata tidak. Aku sungguh tak tega melihatnya. Semenjak itu… dia lebih sering diam, tak banyak bicara padaku. Mungkin karena rasa sakit yang ia rasa. Dan perlahan, semakin sakit katanya. Ditambah dengan masalah keluarga yang ia hadapi. Semenjak SMA, aku memang sudah jarang main dengannya, karena kesibukan dan berbagai kegiatan di sekolah, dan sekali lagi..jarak yang memisahkan kami.  Dia mengirim surat padaku, disana dia bercerita tentang masa – masa SMA dengan teman – temannya, tentang orang tuanya, tentang keluarganya, dan yang pasti tentang hidup dan rasa sakit yang ia derita. Sebagai sahabat, aku berusaha untuk meyakinkan dia, bahwa dia pasti akan sembuh. Dengan tegar dan sabar… dia jalani segala terapi. Aku balas suratnya, dan dia pun membalasnya lagi. Kau tau sobat ? aku masih menyimpannya dengan sangat rapi. Tiada orang yang tahu akan segala isi surat itu, kecuali aku, dia dan adiknya.
18 tahun sudah kami bersama, februari kemarin adalah ulang tahunnya yang ke 19 tahun. Lagi dan lagi, kami memang dipisahkan jarak. Aku kuliah disini, dan jarang sekali aku pulang. Sesekali ia memberi kabar padaku, tentang terapinya, tentang orang tuanya, dan tentang kehidupannya. Dan diapun menanyakan padaku tentang rasanya kuliah. Terkadang, aku merasa bersalah, karena ia ingin bertemu denganku namun aku masih terpaku pada kesibukanku disini.  Tapi sesekali aku pulang dan menengoknya, ku ajak dia keluar dan makan bersama, ku ajak dia mengenang masa kecil kami, memandang bulan dan bintang, makan jajanan keliling, dan kami pernah kehujanan. Saat itu , aku begitu khawatir akan kesehatannya. Namun tak terjadi apa – apa padanya. Aku ajak dia keliling mall, aku ajak dia menikmati indahnya dunia agar sedikit melupakan rasa sakit yang ia derita. Matanya yang sayu, aku tak tega melihatnya. Aku pun tak kuasa meneteskan air mata didepannya.  Ah.. terlalu banyak kata jika harus ku ceritakan semua tentang persahabatan kami.
Sekitar bulan Maret..  anggap saja  XX-Maret-2012
Tiba – tiba saja hp ku berdering saat aku di kampus, dan adiknya mengabariku , bahwa “mawar” telah meninggal. Dia menghembuskan nafas terahirnya di dunia..  Aku shock , speechless dan diam mematung.  Lantas tanpa pikir panjang aku pulang ke rumah. Namun sayang, aku tak bisa melihatnya untuk yang terahir kalinya.  Meski keluarganya telah menungguku lama dan aku telah berpacu dengan waktu secepat mungkin, namun aku terlambat, mungkin karena jarak yang cukup jauh.  Jika memang hanya air mata yang bicara, air mata ini adalah air mata kasih sayangku padanya sebagai sahabatnya. Sesekali saat aku pulang ke rumah, aku melewati rumahnya. Dan melihat tempat yang biasa dia duduk, aku masih melihat bayangan itu, bahwa dia ada.
“ Sob, kami semua sayang padamu, namun Tuhan jauh lebih sayang padamu kawan , maka Ia mengambilmu.  Kawanku, kau mungkin takkan abadi, namun kau harus ingat  bahwa persahabatan kita abadi. Dan kita pernah punya cerita, bahwa kita pernah bersama. Kau adalah sahabat sekaligus kakak yang begitu tegar menjalani hidup, sabar dan tak pernah menyerah. Baik – baik ya disana, aku selalu mendoakanmu, aku selalu merindukanmu. Semalam aku memimpikanmu lagi.. Aku melihatmu tersenyum bahagia disana. Tuhan, jagalah dia. Kami semua sayang padanya. Dan terimakasih Tuhan, Kau telah menghadirkannya dalam hidupku”.
….  And I write it because of the missing time with some memories of my life with my best friend.  There is no intention to reveal, and no offense. 

You May Also Like

0 komentar