Mimpiku untuk Tegal Tercinta

by - Juli 17, 2011


Tegal, sejuta sentra produksi yang “ Ngangeni lan Mbetahi”
Ini aku tulis ketika mengikuti lomba menulis di hari jadi Kabupaten Tegal yang ke 410, ya.. sekadar berpartisipasi , semoga bermanfaat..^_^
Saya ingin menciptakan kabupaten Tegal yang benar – benar mewujudkan slogannya yaitu “Ngangeni lan Mbetahi” yang dibuktikan dalam tindakan nyata oleh warga Tegal serta perwujudan dalam upaya meningkatkan potensi daerah.
“Ngangeni lan Mbetahi”, berarti membuat warga Tegal maupun dari daerah lain yang pernah menapaki jejak di Tegal merindukan suasana Tegal serta membuat kerasan warganya yang tinggal di Tegal. Kerinduan akan rasa kebersamaan dan guyup rukun warga Tegal, kerinduan akan suasana lesehan dengan makanan khas Tegal seperti ponggol setan, lengko, dan kupat glabed, kerinduan pada perkataan orang Tegal yang terkenal kasar dan kotor, namun sebenarnya disitulah titik kerinduannya. Oleh karena itu, sebagai warga Tegal, saya berharap kita dapat melayani mereka dengan suguhan khas Tegal yang ngangeni, asri, kental, dan melekat dalam hal budaya, adat istiadat, makanan khas dan yang lainnya. Dan yang pasti menjadikan citra Kabupaten Tegal ini lebih baik di mata masyarakat.
Hal – hal yang perlu ditingkatkan yaitu makanan khas tegal, salah satu contohnya yaitu tahu aci. Sebagai gambaran nyata, kita semua pasti tahu Mc.Donald, KFC, Dunkin Donuts, itu semua khas Amerika. Hampir diseluruh belahan dunia pasti kenal dengan makanan diatas, dan sekali lagi, semua berawal dari sebuah pemasaran yang kecil dan seiring berjalannya waktu semakin meluas hingga seluruh dunia. Melihat kenyataan diatas, bagaimana dengan Tegal ? harapan saya, tentulah pasti kita bisa melakukan seperti halnya Amerika, mulai dari pemasaran yang kecil dan berharap dapat diteruskan hingga ke seluruh dunia, contohnya warteg yang semakin merambah ke berbagai daerah. Dan andaikata itu terjadi, pastilah masyarakat akan semakin bangga dengan Tegal. Serta bisa mendirikan perusahaan tahu aci dengan nama “Tahu Aci, the great food of Tegal” , dan nanti warga Tegal dapat membuat resep dan aneka kreasi baru dalam memasarkan tahu aci, dibuat dalam kemasan yang menarik dan rasa yang unik dan berbeda. Termasuk juga makanan khas tegal yang lainnya.
Bukan hanya dalam makanan khas, termasuk juga dalam bidang industri yang berkembang di masyarakat Tegal, dan masih teringat pada kalimat “Tegal Jepangnya Indonesia”, dari kalimat ini tampak jelas bahwa sebenarnya Tegal sudah cukup dikenal , namun masih perlu ditingkatkan lagi. Baik dalam hal distribusinya, maupun peningkatan produk dan tenaga kerjanya. Masyarakat Tegal sendiri ada yang membuat komponen – komponen kapal, komponen pertanian, konveksi, industri logam, dan kerajinan stralis yang belum tersentuh oleh tangan – tangan trampil , karena masih minimnya sumber daya manusia.Contohnya di Kebasen,Lingkungan Industri Kecil (LIK) yang belum maksimal diberdayakan oleh orang- orang Tegal. Andaikan mimpi saya menjadi kenyataan , Tegal mungkin akan seperti Jerman,yang bisa membuat pesawat terbang, dan mungkin bisa membuat kapal yang begitu besar, sebagai sentra mode, sentra kuliner, dan sentra industri. Atau paling tidak sebagai daerah Industri yang mempunyai ciri khas kedaerahan. Harapan saya, pemerintah daerah dan masyarakat Tegal saling mendukung dan turut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan dan memberdayakan Tegal, layaknya air dari hulu ke hilir, yang berharap pemerintah dapat memfasilitasi masyarakat agar lebih memaksimalkan potensi yang ada. Sehingga masyarakat pun sadar akan terciptanya rasa saling gotong royong, dan kebersamaan yang terjalin antara pemerintah dengan warganya.Dengan demikian input daerah semakin maju dan dapat menjadi magnet dari daerah lain untuk menjadi investor di Tegal.
Salah satu upaya peningkatan Sumber Daya Manusia, yaitu dengan mewujudkan budaya membaca kepada seluruh masyarakat Tegal, tanpa terkecuali, karena masih banyak masyarakat Tegal yang buta huruf. Masih banyak masyarakat Tegal yang perlu mendapat perhatian serta pembelajaran khusus. Berdasarkan survei budaya membaca yang saya lakukan pada warga Tegal beberapa waktu lalu di daerah pedesaan dan industri, membuktikan bahwa 40% warga buta huruf, yang didominasi oleh orang dengan usia 30– 60 tahun, bahkan ada beberapa pemuda juga yang masih buta huruf. Artinya masih banyak warga Tegal yang membutuhkan pendidikan. Dan sebenarnya, budaya membaca ini bukan hanya untuk masyarakat yang tidak bersekolah maupun yang telah lanjut usia, sebagai pelajar maupun mahasiswa juga perlu meningkatkan pemahaman membaca dan harapannya dapat mendidik masyarakat luas yang masih perlu mendapat perhatian.Coba kita pikir, bagaimana suatu daerah akan berkembang dan menjadi contoh bagi daerah lain, sementara input dari daerah itu masih lemah? Seperti halnya masyarakat kita, dalam hal membaca contoh kecil saja, dengan membaca akan membuka secercah harapan sehingga akan mewujudkan masyarakat Tegal semakin pintar , berguna, dan tentunya dapat mengembangkan aset daerah yang mungkin tidak diduga sebelumnya. Sehingga terciptalah Tegal yang benar- benar menjadi sentra dari segala produk dan potensi daerah yang “Ngangeni lan Mbetahi” di mata publik.





You May Also Like

0 komentar